EN

EN

Selasa, 28 April 2015

GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG 


Gagal ginjal  atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008). 
Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data 2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi, usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta memadai (Djoko, 2008).
Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian, sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga kesehatan ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal. Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam.
Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai obat antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi minum jamu-jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5 liter). (Djoko, 2008).




B.     RUMUSAN MASALAH
1.          Apa yang disebut dengan GGK ?
2.          Apa penyebab terjadinya GGK ?
3.          Apa tanda dan gejala GGK ?
4.          Bagaimana anatomi dan fisiologi GGK ?
5.          Menjelaskan klasifikasi GGK ?
6.          Menjelaskan patofisiologi GGK ?
7.          Bagaimana WOC GGK ?
8.          Bagaimana penatalaksanaan GGK ?
9.          Menjelaskan komplikasi GGK ?
10.      Bagaimana askep teoritis GGK ?
C.    TUJUAN MAKALAH
1.             Untuk mengetahui definisi GGK
2.             Untuk mengetahui etiologi GGK
3.             Untuk mengetahui tanda dan gejala GGK
4.             Untuk mengetahui bagaimana anatomi GGK
5.             Untuk mengetahui klasifikasi GGK
6.             Untuk mengetahui patofisiologi GGK
7.             Untuk mengetahui woc GGK
8.             Untuk mengetahui penatalaksanaan GGK
9.             Untuk mengetahui komplikasi GGK
10.         Untuk mengetahui askep teoritis GGK


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Brunner dan Sudarrth, 2002)
Gagal ginjal  atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Gagal ginjal kronik adalah penrurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel (Arif, 1999).
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah)
B.     ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626). Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
1.      Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).
2.      Penyakit peradangan (glomerulonefritis).
3.      Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).
4.      Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik).
5.      Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal).
6.      Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).
7.      Nefropati toksik.
8.      Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) (Price & Wilson, 1994).


C.    MANIFESTASI KLINIS
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperlihatkan tanda dan gejala :
v  Menurut Long, 1996 : 369
a.       Gejal dini
Lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung dan depresi
b.      Gejala lebih lanjut
Anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik pada  waktu kegiatan
v  Menurut Smeltzer 2001 :1449
Hipertensi, perikarditis, anoreksia, mual dan muntah, cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi
v  Menurut Suyono
a.       Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi, pitting edema, edema periobital, pembesaran vena leher, friction sub pericardial
b.      Sistem Pulmoner
Krekel, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental liat
c.       Sistem Gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah, pendarahan saluran GI, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas berbau amonia
d.      Sistem Muskuloskletal
Kram otot, kehilangan kekuatan otot.
e.       Sistem Integumen
Warna kulit abu abu mengkilat, pruritus, kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
f.       Sistem Reproduksi
Atrofi testis
g.      Sistem Hematologi
Anemia, gangguan fungsi trombosit, gangguan fungsi leukosit
h.      Sistem otot dan syaraf dan selalu menggerakan kaki bawahnya (Restless leg syndrom), rasa semutan dan terbakar terutama ditelapak kaki (burning feet syndrom), encerhalopati metabolik (lemah tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor astreriksis, mioklonus, kejang kejang), miopati.
i.           Endokrin
Libido, gangguan menstruasi, ovulasi, amenore
j.           Sistem lain
Tulang : malasia
Asam basa : asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme
Elektrolit : hipokalasemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia
k.         Eliminasi
Urine : oliguri, anuria, perubahan warna urin (kuning, coklat, merah)
Bab : konstipasi, diare
l.           Farmakologi
Obat obat yang diekskresikan lewat ginjal
D.    ANATOMI FISIOLOGI

1.       Ginjal
Terletak pada dinding posterior abdomen, didaerah lumbal sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritonium. Panjang ginjal 6-7 cm dengan tebal 1.5-2,5 cm. Berat pada orang dewasa 140 gram. Ginjal kanan lebih pendek dan tebal dibanding sebelah kiri
2.       Nefron
Tempat awal pembentukan urine yang berjumlah ± 1 juta pada setiap ginjal. Terdiri atas komponen vaskular yang terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu, glomelurus, dan kapiler peri tubuler (dari kapsul bowmwn dan mencakup tubuli kontortus proxima, ansahale dan tubuli kontroktus distal) yang mengitari tubuh
3.       Kapsul bowmen
Terdiri atas lapisan parietal, lapisan viseral
4.        Ureter
Panjangnya 25 cm yang menghantarkan kemih dari ginjal ke kandung kemih
5.        Kandung kemih
Terletak didalam velvis
6.        Uretra
Pada pria panjangnya 18-20 cm, pada wanita panjang nya 4 cm dan sebagai system perkemihan saja.
      Fungsi ginjal
v  Pengeluaran zat zat toksis
v  Mempertahankan keseimbangan cairan
v  Mempertahankan keseimbangan garam garam dan zat zat lain dalam tubuh
v  Mengeluarkan sisa sisa metabolisme dan hasil akhir dari protein ureum
E.     KLASIFIKASI
Ø  Stadium I (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
Ø  Stadium II (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
Ø  Stadium III (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)
Ø Stadium IV
Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), yang terjadi apabila GFR menurun menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Diseluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.
F.     PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronik disebabkan karena adanya penyakit yang terdapat pada ginjal, sehingga mengakibatkan. Maka lama kelamaan jumlah nefron mengalami kerusakan bertambah. Dengan adanya peran dan fungsi ginjal maka hasil metabolisme protein akan berkumpul didalam tubuh, penurunan fungsi ginjal mengakibatkan pebuangan hasil sisa metabolisme gagal yang dimulai dengan pertukaran didalam pembuluh darah tidak adekuat karena ketidak mampuan ginjal sebagai penyaring, Nitrogen)  menumpuk dalam darah. Akibatnya ginjal tidak dapat melakukan fungsinya lagi yang menyebabkan peningkatan kadar serum dan kadar nitrogen ureum, kreatin, asam urat, fosfor meningkat dalam tubuh dan menyebabkan terganggunya fungsi ginjal dan organ organ tubuh lain.
Perjalanan umum ginjal kronik  dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium satu dinamakan penuruna cadangan ginjal . Pada stadium ini kreatin serum dan BUN dalam keadaan normal dan penderita asimtomatik (tanpa gejala). Gangguan fungsi ginjal akan dapat diketahui dengan tes GFR.
Stadium dua dinamakan insufisiensi ginjal , dimana lebih dari 75%  jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR 25% dari normal. Pada tahap ini BUN baru mulai stadium insufisiensi ginjal gejala nokturia dan poliuria diakibatkan kegagalan pemekatan. Nokturia (berkemih pada malam hari) sebanyak 700 ml atau  berkemih lebih dari beberapa kali. Pengeluaran urine normal sekitar 1500 ml perhari atau sesuai dengan jumlah cairan yang diminum
Stadium ke tiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir uremia . sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 yang masih utuh. Nilai GFR nya hanya 10% dari keadaan normal dan bersihakan kreatin sebesar 5-10 ml/menit. Penderita biasanya ologuri (pengeluaran urien kurang dari 500 ml/hari) karena kegagalan glomelurus uremik.
Fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. 
G. WOC 

H.    PENATALAKSANAAN
a.         Dialisis (cuci darah)
b.        Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
c.         Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
d.        Transfusi darah
e.         Transplantasi ginjal
I.       PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ø   Kreatin dan BUN serum keduanya tinggi karena gagal ginjal
Ø   Klilens kreatin menunjukan penyakit ginjal tahap akhir apabila berkurang sampai 90%
Ø   Elektrolit serum menunjukan peningkatan kalium, fosfor, kalsium, magnesium, dan produk fosfor-kalsium, dengan natrium serum rendah.
Ø   Gas Darah Arteri (GDA) menunjukan asidosis metabolik (nilai pH, kadar bikarbonat, dan kelebihan basa dibawah rentang normal)
Ø   Hemoglobin dan hemotakrit dibawah rentang normal
Ø   Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal
Ø   Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi jika metabolisme tulang diperbaharui.
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1.      Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
2.      Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3.      Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
J.      KOMPLIKASI
·                Hematologis : anemia
·                Penyakit vesikuler dan hipertensi
·                Dehidrasi
·                Kulit : gatal gatal
·                Gastrointestinal : mual, muntah, anoreksia, dan dada seperti terbakar, bau nafas menyerupai urin
·                Endokrin
Laki laki : kehilangan libido, impotensi, dan penurunan jumlah serta motilitas sperma.
Wanita     : kehilangan libido, berkurangnya ovulasi, dan infertilisasi
Anak anak: retardasi pertumbuhan
Dewasa     : kehilangan massa otot
·                Neurologis dan Pisikatri : kelelahan, kehilangan kesadaran, koma, iritasi neurologis (tremor, ateriksis, agitasi, meningismus, peningkatan tonus otot , kejang)


BAB III
ASKEP TEORITIS
A.      PENGKAJIAN
I.       IDENTITAS
Nama                                       :
Tempat dan tanggal lahir         :
Umur                                       :
Jenis kelamin                           :
Alamat                                     :
No. Rekam medik                   :
Status perkawinan                   :
Agama                                     :
Pendidikan terakhir                 :
Pekerjaan                                 :
Tanggal masuk RS                  :
II. TANDA-TANDA VITAL
TD                                           :
Suhu                                        :
RR                                           :
Nadi                                        :
III. RIWAYAT KESEHATAN
a.      RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Biasanya pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit keturunan serta penyakit yang lainnya seperti yang diderita saat. Pasien mengatakan sebelum menderita penyakit ini kepalanya selalu pusing apabila melakukan kegiatan yang berat.  
b.      RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Biasanya pasien mengatakan mengeluhkan nyeri didaerah kepala. Pasien mengatakan pusing apabila melakukan aktivitas seperti berjalan. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan, perubahan nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan penglihatan kabur.
c.       RIWAYAT  KESEHATAN KELUARGA
Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga (polisistik renal, abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom Alport’s / nephritis herediter).
IV.  PEMERIKSAAN FISIK
a.    Kepala
                  1. Rambut                   :  biasanya rambut klien tampak, berwarna hitam, kulit kepala bersih, dan tidak rontok
                  2.Wajah                       :  Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk
                  3.Mata                         :  Simetris kiri kanan, isokor (3mm), konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, dan pupil normal (mengecil).
                  4.Hidung                     :  Tidak ada deformitas dan tidak ada pernafasan cuping hidung
                  5.Mulut                       :  Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
                  6.Telinga                     : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi atau nyeri

b.    Leher                                      : Biasanya tidak ada pembesaran tyroid dan pembesaran               getah bening
c.    Dada/Thorax
                 Inspeksi                          : Tidak ada kelainan pernafasan
                 Palpasi                           : Biasanya ditemukan takil premitus seimbang kiri dan       kanan
                 Perkusi                           :  Sonor
                 Auskultasi                      :  Tidak ditemukan suara nafas tambahan
d.   Jantung
                  Inspeksi                          :  Ictus cordis tidak terlihat
                  Palpasi                            :  Ictus cordis tidak teraba RIC V.
                  Perkusi                           :  Pekak
                  Auskultasi                      :  Irama jantung teratur.

e.    Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi, Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan. Nyeri permukaan indikasi disfungsi  renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
a)              Ginjal
Palpasi :
1.         Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
2.         Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
3.         Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital. Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal. Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
4.         Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke atas.
5.         Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
b)      Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
Perkusi
a)      Ginjal
1)      Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
2)      Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.
3)      Ulangi prosedur untuk ginjal kanan Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif. Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
b)      Kandung kemih
1)      Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.
2)      Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas regionsuprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.
Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).

B.     DIAGNOSA
1.       Kelebihan volume cairan b/d penurunan keluaran urin,diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia , mual dan muntah , pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.
3.       Intoleransi aktivitas b/d keletihan, anemia,retensi .
4.       Kerusakan integritas kulit

C.    INTERVENSI

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1.
Kelebihan Volume Cairan
Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan karakteristik
·         Bunyi napas adventisius
·         Gangguan elektrolit
·         Anasarka
·         Ansietas
·         Azotemia
·         Perubahan tekanan darah
·         Perubahan status mental
·         Perubahan pola pernapasan
·         Penurunan hematrokrit
·         Penurunan hemoglobin
·         Dispnea
·         Edema
·         Peningkatan tekanan vena sentral
·         Asupan melebihi haualaran
·         Distensi vena jugularis
·         Oliguria
·         Ortopnea
·         Efusi pleura
·         Refleksi hepatojugular positif
·         Perubahan tekanan arteri pulmunal
·         Kongesti pulmunal
·         Gelisah
·         Perubahan berat jenis urin
·         Bunyi jantung S3
·         Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
Faktor yang berhubungan:
·         Gangguan mekanisme regulasi
·         Kelebihan asupan cairan
·         Kelebihan asupan natrium
NOC
v  Electrolit and acid base balance
v  Fluid balance
v  Hydration
Kriteria Hasil :
v  Terbebas dari edema,efusi,anaskara
v  Bunyi nafas bersih,tidak ada dyspnea/ortopneu
v  Terbabas dari distensi vena jugularis,reflek hepatojugular (+)
v  Memelihara tekanan vena sentral,tekanan kapiler paru,output jantung dan vital sign dalam batas normal
v  Terbebas dari kelelahan,kecemasan atau kebingungan
v  Menjelaskan indikator kelebihan cairan
 NIC
Fluid Management
-          Timbang pokok/pembalut jika diperlukan
-          Pertahankan catatan intake dan ouput yang akurat
-          Pasang urin kateter juka diperlukan
-          Monitoring hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN,Hmt,osmolalitas urin)
-          Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP,PAP,dan PCWP
-          Monitor vital sign
-          Monitor Indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles,CVP,edema,distensi vena leher,asites)
-          Kaji lokasi dan luas edema
-          Monitor masukan makanan /cairan dan hitung intake kalori
-          Monitor status nutrisi
-          Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
-          Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
-          Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
-          Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
-          Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,terapi diuretik,kelainan renal,gagal jantung,diaporesis,disfungsi hati,dll)
-          Monitor berat badan
-          Monitor serum dan elektrolit urine
-          Monitor serum dan osmilialitas urine
-          Monitor BP,HR,dan RR
-          Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
-          Monitor parameter hemodinamik infasif
-          Catat secara akuntar intake dan ouput
-          Monitor adanya distensi leher,richi,oedem perifer dan penambahan BB
-          Monitor tanda dan gejala dari oedema
2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik:
·         Kram abdmen
·         Nyeri abdomen
·         Menghindari makanan
·         Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
·         Kerapuhan kapiler
·         Diare
·         Kehilangan rambut berlebihan
·         Bising usu hiperaktif
·         Kurang makanan
·         Kurang informasi
·         Kurang minat pada makanan
·         Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
·         Kesalahan konsepsi
·         Kesalahan informasi
·         Membran mukosa pucat
·         Ketidakmampuan memakan makanan
·         Tonus otot menurun
·         Mengeluh gangguan sensasi rasa
·         Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA ( recommenced daily allowance)
·         Cepat kenyang setelah makan
·         Sariawan rongga mulut
·         Steatorea
·         Kelemahan otot pengunyah
·         Kelemahan otot untuk menelan
Faktor yang Berhubungan :
·         Faktor bilogis
·         Faktor ekonomi
·         Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
·         Ketidak mampuan untuk mencerna makanan
·         Ketidak mampuan menelan makanan
·         Faktor psikologis


NOC
v  Nutritional Status
v  Nutritional Status: food and fluid intake
v  Nutritional Status: Nutrient Intake
v  Weight control
Kriteria Hasil :
v  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
v  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
v  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v  Tidak ada tanda tanda malnutrisi
v  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
v  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition Management
-          Kaji adanya makanan
-          Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
-          Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
-          Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
-          Berikan subtansi gula
-          Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-          Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
-          Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
-          Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
-          Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
-          Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
-          BB pasien dalam batas normal
-          Monitor adanya penurunan berat badan
-          Monitor tipe dan jumlah aktivitas
-          Catat adanya edema
-          Catat jika lidah berwarna magenta,scarlet
-          Monitor kadar mual dan muntah
-          Monitor pucat,kemerahan,dan kekeringan jaringan konjungtiva



BAB IV
PENUTUP
D.       KESIMPULAN
Gagal ginjal  atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah.
Glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, GOUT, dan tidak diketahui. Pada lanjut usia, penyebab gagal ginjal kronik yang tersering adalah progressive renal sclerosis dan pielonefritis kronis.
B.       SARAN
5.       Bagi perawat
Pada pengkajian diharapkan perawat benar-benar bisa melaksanakan secara tepat dan benar, sehinggga dalam menegakkan diagnosa bisa lebih akurat dan penangananya lebih cepat.
6.       Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga dapat menerima anjuran selain terapi dan pengobatan serta menjaga keeimbangan aktivitas, diit, istirahat yang tepat selama dirawat.
7.       Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa sehingga mahasiswa lebih peka terhadap kebutuhan pasien, serta memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan teori yang didapatkan di perkuliahan.


DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.
Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC
Price, Sylvia (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta.
EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar